counters

Jumat, 13 Desember 2013

Power of Sempak


                Kalo kata orang “cinta itu adalah sumber kekuatan. Segala yang dilakukan dengan cinta, pastilah akan menuai hasil”. Bahkan Celine Dion, menciptakan sebuah lagu berjudul “The Power of Love”. Saat jatuh cinta, orang cenderung lebih kuat, lebih tahan terhadap rasa sakit. Misial aja tentara. Saking cintanya sama negara, sampe nyawa pun rela dipertaruhkan. Cintanya pada negara mengalahkan cintanya pada kekasihnya... (Bapak-bapak TNI yang baca, jangan ngirim KOPASSUS ya...) Ga usah jauh-jauh dah. Ente yang lagi kasmaran, (tidak berlaku bagi yang jomblo) pasti juga merasa ingin mempertahankan cinta kalian kan? Ngaku aja deh! Ngaku! Ngaku ga! Kalo ga mau, ane gampar ente!
                Uhm... tapi, adakah sesuatu yang bisa mengalahkan love power ini? ADA! Yaitu sempak, alias kancut, alias CD ente. Nah lho? Bagaimana mungkin benda yang cuma dipake mengelilingi pantat dan selangkangan ini memiliki kekuatan yang besar sampe-sampe mengalahkan cinta? Apakah cinta yang begitu murni dapat dikalahkan oleh sebuah sempak dekil? Namun sayang, kisah berkata lain. Kekuatan sempak adalah lebih besar dari kekuatan cinta.
                Biar ente ga makin bingung dan... ini yang ane takutin. Jangan-jangan para jomblo yang udah salah kaprah duluan sekarang sedang menciumi sempak mereka. Oke. Daripada situasi makin memburuk dan Rumah Sakit makin kehabisan tabung oksigen, langsung aja ane jelaskan.

                Kisah ini bermula ketika diadakan acara reorganisasi anggota ROHIS di sekolah. Tentulah ane ikut ambil bagian di acara ini.  Acara reor kali ini, adalah yang pertama buat ane, karena taun lalu ane ga ikut. Acara ini sempet diwarnai aksi ‘penculikkan’ para CAKAR (Calon Ketua Rohis) di malam hari (Mas Hirzi, saya ngintip dikit! Maaf ya!)
Keren banget penculikkannya. Jadi, di malem hari itu, pas semua orang lagi tidur, para Rohis angkatan atas diam-diam pergi ke kapling kami dan menculik para Cakar ini. Para Cakar kemudian diinterogasi dengan cara ditutup mata mereka, kemudian mereka didudukkan di sebuah kursi dan di depan mereka, terdapat meja dengan isi yang komplit mulai dari tang, pisau, golok.... eh bentar! Ane kebablasan ngetik adegan film Shooter!
                Yah... ane ga terlalu tau persis kejadian pasca penculikkan. Karena satu-satunya kejadian yang ane inget malem itu adalah, ane ngglundung dari meja yang ane jadikan tempat tidur. Ga usah tanya ruangannya masih utuh apa ga setelah gempa lokal tersebut. Kita langsung aja ke kejadian esoknya.
                Paginya, setelah salah satu Cakar menjadi Keris (note: ini bukan adegan sinetron laga Ind*siar) alias Ketua Rohis, acara games pun dimulai. Inilah yang mebuat ane sadar betapa kekuatan mempertahankan sempak lebih besar dari kekuatan cinta!
                Pasalnya, sebelum games dimulai, ane baru sadar. Ane ga bawa sempak cadangan! Ajaibnya, tanpa dijanjikan apalagi diprediksikan sebelumnya,t ernyata semua anggota kelompok ane juga ga bawa sempak cadangan! Subhanallah! Entah cobaan apa yang kami terima ini.
                Kamipun bedoa dalam hatimasing-masing semoga aga ada game yang basah-basahan. Tapi, begitu liat panitia bawa ember, kami udah ga sempet ngaminin doa tadi. Sebab udah jelas banget itu ember diisi pake suatu zat kimia yang sangat diperlukan manusia, tapi tidak buat kami sekarang. AIR. Ya udah. Kami semua langsung drop saat itu.
                Ternyata bener. Aturan games nya adalah, kelompok yang kalah, akan dilempari air oleh lkelompok yang menaang. Sumpah! ini aturan apa banget! Kami tentu saja tidak sempat melepas sempak kami. Karena kalo kami lepas, siapa yang tau tiba-tiba ada menara Tokyo bangun, atau kalo yang punya miring, ya, menara Pisa.
                Asal ente tau aja, yang namanya ‘abdi dalem’ cowok (yang cewek boleh baca boleh ga) itu seperti pemberontak. ‘Dia’ bagaikan VOC di Indonesia. Negara dalam suatu negara yang memiliki kebijakan sendiri.  Jadi, misalnya gini: seorang cowok yang udah punya pacar, ga akan ngelirik cewek lain (ttidak berlaku untuk homo dan playboy). Itu yang diperintahkan otak. You’re only her love. Itu yang ditanamkan di otak dia. Masalahnya, saat dia ngeliat cewek cantik selain pacarnya, apalagi yang pakaiannya sekseh semelekekte, pastilah, ‘abdi dalamnya’ langsung menjulang. Semuanya tanpa perintah dari otak! Betul-betul pemberontak dia.
                Oke, masalah ‘abdi dalem’ ini kita bahas lain kali. Kita kembali kepada sempak masing-masing. Jadi, pas waktu itu, gamenya adalah tarik tambang. Mampus! Tim lawan ane terdiri dari orang-orang berotot dan berbobot, serta berbobot tanpa otot. Tim ane? Bayangin aja deh Ade Ray pas umur 98 taun kayak gimana bodynya. Semi berotot, tanpa bobot. Maka hasilnya sudah bisa dipastikan. Sempak kami dalam bahaya besar. Dan bener, setelah itu kami kalah, dan panitia udah bagi-bagiin kantong plastik berisi air pada sang pemenang.
                Kami bener-bener pasrah. Namun, kekuatan untuk mempertahankan sempak kami makin menjadi. Segala cara kami pikirkan agar sempak satu-satunya yang melekat di bagian bawah tubuh kami tidak basah dan membuat ‘burung’ kami masuk angin. Bermula dari itulah, perjuangan kami dimulai. Kami mengelak berusaha menghindar dari lemparan-lemparan brutal mereka. Iming-iming sempak kering dan kenyamanan selangkangan yang terbalut di baliknya, makin merasuki kami untuk mempertahankan sempak kami.
                Beberapa orang gugur dengan mengenaskan! Baju mereka basah kuyup hingga air merembes ke celana mereka. Bahkan beberapa mendapat tembakkan langsung ke arah celana! Kami yang masih bertahan, berusaha agar tidak bernasib sama. Mereka yang gugur lebih dahulu menjerit dalam jeritan yang memilukan.
                “AHH!!! Sempakku basah! Ya Allah! Tolong!”
                “Berikan sempak cadangan! Tolong kami!!”
                “SEMPAKKU!!!! AAHHHHH!!!!”
                Jeritan-jeritan itu begitu tragis, hingga kami merasa ingin sekali menukarkan sempak kami kepada mereka. Untungnya kita masih sadar ini lagi di lapangan terbuka. Banyak warga yang liatin. Niatpun kami urungkan. Kami berusaha menghindari cipratan-cipratan air. Kami selamat tanpa luka yang berarti.
                Tibalah saatnya pembalasan. Sempak kawan-kawan yang basah akan dibalaskan di sini! Semua rasa sakit dan ketidaknyamanan selangkangan yang mereka rasakan, akan dibayar segera! Hutang nyawa dibayar nyawa! Hutang sempak digebukin penjual! Kini tibalah kompetisi berikutnya: Barikade Air.
                Inilah saatnya kami membalaskan semua rasa sakit. Mereka semua harus merasakan rasa sakit, penderitaan, darah, dan ketidaknyamanan selankangan yang kami rasakan!  Ga peduli gimanapun caranya, bokong mereka harus lembab! ‘Burung’ mereka harus kedinginan! Demam kalo bisa! Sayangnya panitia udah kehabisan air. Jadi hukumannya diganti nggendong kami sampe keluar lapangan. Asem! Setidaknnya, kami seneng-seneng di hari itu.

*terpaksa ane akhiri dengan segera karena harus pulang dan ngangkat jemuran. Salam Salmon!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar